Jumat, 18 Mei 2012

Supernova - Akar

Ditulis oleh Dewi Lestari di Supernova Akar

Engkaulah gulita yang memupuskan 
segala batasan dan alasan
Engkaulah penunjuk jalan menuju palung kekosongan
 dalam samudera terkelam
Engkaulah sayap tanpa tepi yang membentang menuju
tempat tak bernama namun terasa ada

Ajarkan aku,
Melebur dalam gelap tanpa harus lenyap
Merengkuh rasa takut tanpa perlu surut
Bangun dari ilusi namun tak memilih pergi

Tunggu aku,
Yang hanya selangkah dari bibir jurangmu...

(catatan pada satu malam dingin hingga masuk angin)

Minggu, 13 Mei 2012

Menuju Puncak .....


Sebenernya ini pengalaman pertama buatku ikutan acara naik gunung beginian. Tujuan pertama ke Gunung Lawu, di daerah sekitar perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan ketinggian 3265 mdpl.  Minim pengalaman tapi nekat aja tuh bilang ikut pas diajakin yang lain. Bermodal nekat pun kita yang berjumlah sekitar 45 orang itu berangkat hari Sabtu Siang pake truk. Perjalanan ke daerah sekitar Tawangmangu itu memakan waktu hampir 4 jam-an. Berasa kayak ikut Kuliah Lapangan ataupun Forestry Camping jilid kedua.
Sesampainya di basecamp, hujan pun malah dateng dan makin deres. Dengan terpaksa kita semua mulai naik dengan kondisi ekstrim. Kami dibagi jadi beberapa kloter yang per kloternya ada sekitar 8 orang.  Melewati pos bayangan yang menurutku track-nya lumayan terjal dan jauh. Perjalanan dilanjutkan ke Pos 1 dan Pos 2. Selama perjalanan, temen kami, Riassalma udah mulai keliatan capek, karenanya di Pos 2 Rias merasa nggak sanggup buat lanjut. Di Pos 3 pun Nisa juga memutuskan buat ngecamp di sini dengan alasan yang sama.

Dengan anggota yang berkurang, kita kloter 4 tetep lanjut ke atas. Wuih dinginnya angin lembah itu bener-bener nusuk tulang dan karena nggak punya cadangan lemak, aku takut kena hipotermia. Serius. Tapi nggak kerasa udah nyampe pos 4 dan kita mutusin buat ngecamp. Paginya kita lanjutkan perjalanan ke Sendang Drajat lalu lanjut ke Pos 5 dan beberapa jam kemudian sampailah di Puncak Hargo Dumilah. Total waktu perjalanan kami ditambah dengan istirahat hmmm sekitar 14 jam-an dari mulai naik jam 8 malem dan nyampe puncak jam 10an siang. Seneng sih, tapi saya juga mikirin nih, perjalanan belum selesei, masih ada perjalanan turun yang kata orang-orang lebih berat. NAH!






Dan terbukti selama perjalanan turun itu lebih membutuhkan ekstra kekuatan kaki. Lutut yang selalu ditahan tiap menuruni tapak-tapak, jari-jari kaki yang kesandung kesana kemari karena track yang licin. Sungguh suatu perjuangan deh!
Tau nggak? Perjalanan pulang yang memakan waktu sekitar 5-6 jam itu dilewati lagi dengan cuaca yang ekstrim, ya hujan deres. Entah kenapa saya merasa capek banget, karena semalaman nggak tidur atau emang udah kecapekan, rasanya pengen cepet-cepet sampe basecamp. Tapi liat perjalanan pulang yang nggak berujung itu jujur membuat semangat jadi malah down.
Akhirnya sampe basecamp juga dengan nyawa yang untungnya masih ada beberapa persen. Basah semua, super kedinginan dan liat temen-temen lain, Rias dan Nisa, saya langsung aja tuh ‘ndelosor’ ke bawah. Dan nangis! Wakakakakaka Bukan tanpa alasan tuh nangis, karena di atas saya nahan capek dan berusaha sama sekali nggak ngeluh, baru deh sampai di bawah saya nangis sebagai bentuk rasa seneng dicampur capek yang nggak ketulungan.
Dan nggak percaya aja orang dengan ukuran semini saya bisa juga nyampe puncak dan bisa turun dengan Alhamdulillah selamat sentosa tak kurang apapun :)
 
Terima kasih. Pengalaman saya bertambah karena perjalanan ini.

Jumat, 11 Mei 2012

General Lecture from IFSA on Earth Day 2012 – Adaptasi dan Mitigasi Terhadap Pemanasan Global

Cuma pengen ngesahare aja tulisan pertama saya yang baru pertama kali ini berbau ilmiah dan bukan curhatan doang. Baru pemula aja sebenernya, duluuu ditawarin ikut Pers Kehutanan, Lacak Balak nama kerennya. Dan ini my first posting disitu. Udah ah langsung aja ya. Ini diaaaaa

Dalam rangka menyemarakkan rangkaian acara Forestfest 2012, pada hari Jum’at, 27 April 2012, diadakannya General Lecture yang bertema ‘Adaptasi dan Mitigasi Terhadap Pemanasan Global’ oleh IFSA. Kuliah umum yang mengambil tempat di ruang III Fakultas Kehutanan ini diikuti oleh 22 peserta dari Fakultas Kehutanan dan 2 peserta dari Fakultas Teknologi Pertanian. Pembicara dari kuliah umum ini ialah Bapak Ir. Subaryono, MA, Ph. D. dari Pusat Studi Lingkungan.
Berbagai penyebab masalah lingkungan umumnya saling terkait dan tidak bisa terpisahkan dikarenakan lingkungan memiliki kompleksitas yang terus mengalami perubahan oleh adanya ketidakpastian yang terjadi terhadap alam. Seperti isu pemanasan global yang menjadi perhatian dan menuai banyak tanggapan dari berbagai pihak. Gas-gas Rumah Kaca di atmosfer mengalami kenaikan tiap tahunnya yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi. Jumlah karbon dioksida, metana dan nitrous dioksida mencapai jumlah yang semakin mengkhawatirkan.
Dampak yang diakibatkan dari masalah lingkungan tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja. Dengan terus meningkatnya jumlah Gas Rumah Kaca, maka rata-rata temperatur global juga akan meningkat, dengan begitu terjadilah perubahan iklim yang signifikan dan berimbas dengan adanya kekeringan, kenaikan muka laut, peningkatan curah hujan dan badai serta berkurangnya keanekaragaman hayati yang ada di bumi.
Untuk menghadapi perubahan iklim yang terjadi, maka perlu dilakukannya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Mitigasi merupakan tindakan untuk mengurangi sumber dan meningkatkan kemampuan untuk ‘penyerapan’ (sinks) Gas Rumah Kaca, misalnya dengan pengurangan bahan bakar fosil secara lebih efisien, beralih ke energi terbarukan, menghemat penggunaan listrik, melakukan daur ulang dan melestarikan hutan serta menanam pohon-pohon yang akan menyerap CO2. Konsentrasi Gas Rumah Kaca perlu distabilkan sampai dengan level dimana ekosistem dapat beradaptasi secara natural terhadap perubahan iklim, produksi pangan tidak terancam dan pembangunan ekonomi dapat berkelanjutan. Lalu diperlukannya upaya adaptasi untuk mengurangi kerentanan sistem alamiah dan manusia terhadap perubahan iklim. Meskipun ada optimisme pengurangan emisi dapat dilakukan, namun tidak akan dapat mencegah dampak lanjutan sehingga adaptasi menjadi tidak terhindarkan karena perubahan iklim dan dampaknya akan berlangsung dalam waktu yang lama.
Neither adaptation nor mitigation alone can avoid all climate change impacts, however they can complement each other and together can significantly reduce the risk of climate change’ (IPCC Fourth Assesment Report). (kap-dks )